Jumat, 03 Januari 2020

Laporan Praktikum Genetika Dasar (Persilangan Monohibrid)


       A.     Pendahuluan
Ciri yang paling nyata dari kehidupan adalah kemampuan organisme untuk mereproduksi jenisnya. Sejenis menghasilkan sejenis, organisme menurunkan organisme yang sama. Suatu keturunan akan lebih menyerupai orangtuanya daripada individu lain yang spesiesnya sama, tapi hubungannya lebih jauh. Perpindahan sifat dari suatu generasi ke generasi selanjutnya dinamakan penurunan sifat yang dikenal dengan istilah hereditas. Selain itu, adapun variasi: keturunan yang memiliki penampilan yang sedikit berbeda dari orangtuanya atau saudara sekandungnya. Mekanisme hereditas dan variasi menjadi perhatian seiring abad ke-20.
Menurut Mehler (1996), definisi hereditas sebagai transimi genetik dari orang tua pada keturunannya merupakan penyerderhanaan yang berlebih karena sesungguhnya yang diwariskan oleh anak dari orangtuanya adalah satu set alel dari masing-masing orang tua serta mitokondria yang terletak di luar nukleus (inti sel), kode genetik inilah yang memproduksi protein kemudian berinteraksi dengan lingkungan untuk membentuk karakter fenotif (Meilinda, 2017).
Dari Campbell (1999), istilah hereditas akan mengenalkan terminologi Gen dan Alel sebagai ekspresi alternatif yang terkait sifat. Setiap individu memiliki sepasang alel yang khas dan terkait dengan tetuanya. Pasangan alel ini dinamakan genotif apabila individu memiliki pasangan alel yang sam, maka individu tersebut bergenotipe homozigot dan jika berbeda maka disebut heterozigot (Meilinda, 2017).    
      B.     Landasan Teori
Hukum Mendel I
Hukum Mendel I disebut juga hukum segregasi atau pemisahan gen-gen yang scalel (segregation of allelic genes). Menurut Hukum Mendel I, tiap organisme memiliki dua alel untuk setiap sifat. Selama pembentukan gamet, dua alel berpisah sehingga masing-masing gamet hanya mengandung satu alel untuk suatu sifat. Jika dua gamet bertemu pada fertilisasi, keturunan yang terbentuk mengandung dua alel yang mengendalikan satu sifat. Hukum Mendel I tersebut sesuai dengan teori pewarisan sifat karena alel-alel tersebut menjelaskan mengapa Hukum Mendel I dapat dibuktikan dengan persilangan monohibrid (persilangan dengan satu sifat beda)
Dalam suatu persilangan perlu diketahui istilah-istilah yang digunakan. Istilah-istilah itu diantaranya (Brown, T. A, 1993).
a.       Parental (P) : induk
b.      Filial (F) : keturunan
c.       Keturunan Pertama (F1) : anak
d.      Keturunan Kedua (F2) : cucu
e.       Genotipe : sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh : AA, Aa, aa, AABb
f.        Fenotipe : sifat menurun yang tidak tampak dari luar, contoh : besar, kecil, tinggi, pendek.
g.       Dominan : sifat gen yang memiliki ekspresi lebih kuat yang dapat menutupi/mengalahkan  sifat yang dibawa gen alelnya, disimbolkan dengan huruf kapital, contoh : AA, BB, MM
h.       Resesif : sifat gen yang tidak muncul (tertutup) karena kalah oleh sifat pasangannya, akan muncul apabila bersama-sama gen resesif lainnya, disimbolkan dengan huruf kecil, contoh : aa, bb, mm
i.         Homozigot : pasangan gen yang sifatnya sama, contoh : AA, aa, MM, bb
j.        Heterozigt : pasangan gen yang tidak sama, contoh : Aa, Mm, Bb
Persilangan Monohibrid
            Persilangan Monohibrid adalah persilangan sederhana yang hanya memperhatikan satu sifat atau tanda beda. Persilangan ini dapat membuktikan kebenaran Hukum Mendel II yaitu bahwa gen-gen yang terletak pada kromosom yang berlainan akan bersegregasi secara bebas dan dihasilkan empat macam fenotip dengan perbandingan 9 : 3 : 3 : 1. Kenyataannya, sering kali terjadi penyimpangan atau hasil yang jauh dari harapan yang mungkin disebabkan oleh bebrapa hal seperti adanya interaksi gen, adanya gen yang bersifat homozigot letal dan sebagainya.
Mendel melakukan persilangan monohibrida atau persilangan dua sifat beda, dengan tujuan mengetahui pola pewarisan sifat dari tetua kepada generasi berikutnya. Persilangan ini untuk membuktikan Hukum Mendel I yang menyatakan bahwa pasangan alel pada proses pembentukan sel gamet dapat memisah secara bebas.
      C.     Tujuan Praktikum
Adapun tujuan yang dapat diperoleh setelah melakukan praktikum ini adalah Penyesuaian dengan Hukum Mendel I.
     D.    Alat dan Bahan
Tabel Alat
No
Nama Alat
Jumlah
1
ATK (Alat Tulis Kantor)
1 Set
2
Kantong pelastik hitam/ kantong jas laboratrium
2        Kantong

Tabel Bahan
No
Nama Bahan
Jumlah
1
Kancing genetika warna Merah
50 buah
2
Kancing genetika warna Putih
50 buah

     E.     Prosedur Kerja
1.      Menyiapkan dua buah warna kancing genetika masing masing sebanyak 50 buah, yakni kancing berwarna merah dan kancing berwarna putih.
2.      Membagi masing-masing kancing menjadi dua bagian, yang terdiri dari 25 buah gamet jantan dan 25 gamet betina.
3.      Menyatukan 25 buah kancing warna merah dengan 25 buah kancing warna putih sebagai gamet jantan kemudian memasukkan kedalam kantong. Melakukan hal yang sama pada 25 buah sisa kancing warna merah dan 25 buah sisa kancing warna putih kedalam kantong lainnya.
4.      Mengambil secara acak satu persatu kancing dari dalam kantong baju secara bersama-sama. Satu dari kantong pertama dan satu dari kantong kedua. Meletakkan kancing yang telah diambil secara acak di atas meja.
5.      Melakukan hal yang sama secara terus menerus sampai tidak ada kancing yang tersisa.
6.      Mencatat hasil perbandingan yang diperoleh dari percobaan, baik perbandingan genotip maupun fenotip.
7.      Menguji hasil perbandingan yang dilakukan dengan Chi-Square.

     F.      Data Percobaan
Kancing warna merah = Dominan (T)
Kancing warna putih = Resesif (t)
TT = 27 (Tinggi-Tinggi)
Tt = 47 (Tinggi-rendah)
Tt = 26 (rendah-rendah)


     G.    Analisis Data
Ho : Percobaan sesuai dengan Hukum Mendel I
Ha : Percobaan tidak sesuai Hukum Mendel I
Rumus Khi-Kuadrat :  = /e
db = Jumlah kelas fenotip – 1
= 2-1
= 1

Tinggi
Rendah
Jumlah
Diperoleh (o)
74
26
100
Diramal (e)
75
25
100
Deviasi
-1
1

( d - ½ )
-0,5
0,5

 = /e
0,003
0,01


 = 0,003 + 0,01
      = 0,013           0,002
      = 0,99 (nilai kemungkinan)
*Kriteria Pengujian
Ho diterima jika hitung > (0,05)
hitung > (0,05) = 0,99 > 0,05
*Kesimpulan : 0,99 > 0,05 maka dari percobaan yang telah kami lakukan sesuai dengan Hukum Mendel I.

     H.    Pembahasan
Pada percobaan yang dilakukan praktikan dengan menggunakan masing-masing 50 buah kancing berwarna berbeda (warna merah dan putih) sebagai model gen, kami melakukan percobaan persilangan monohibrida dimana tanaman yang kami misalkan adalah antara tanaman mangga berpohon tinggi (genotip TT) dengan tanaman mangga berpohon rendah (genotip tt). Kancing genetika yang digunakan berwarna merah untuk mewakili gen tanaman mangga berpohon tinggi dan kancing berwarna putih untuk mewakili tanaman mangga berpohon rendah. Jadi praktikan menggunakan satu sifat beda (tanaman mangga berpohon tinggi dan berpohon rendah) untuk membuktikan hukum mendel 1.
Jumlah 50 dari masing-masing warna kancing ini melambangkan jumlah alel. Setiap 1 kancing berwarna diibaratkan sebagai 1 gamet. Yang mana jika dihitung berarti ada 25 genotip (50 pasang kancing dengan warna yang sama). Kemudian 25 pasang kancing ini, akan memisah pada waktu pembentukan gamet, yang selanjutnya dikenal dengan prinsip segregasi secara bebas, dan gen akan berpasangan kembali pada waktu fertilisasi sehingga setiap individu bersifat diploid, hal ini ditunjukkan dengan 25 buah kancing genetika warna merah dan 25 buah kancing genetika warna putih dimasukkan di dalam salah satu kantong (A) dan 25 buah kancing genetika warna merah dan 25 buah kancing genetika warna putih dimasukkan dalam kantng yang lainnya (B).
Kantong A dan B diibaratkan sebagai lokus pada kromosom induk betina dan jantan. Pada tahapan ini percobaan telah menemukan adanya F1 yaitu tanaman mangga berpohon tinggi (Genotip Tt). Kemudian dilanjutkan dengan persilangan F1 dengan sesamanya yang dilakukan dengan mengambil 1 kancing pada kantong A dan mengambil 1 kancing pada kantong B Secara acak sampai kancing-kancing yang terdapat dalam masing-masing kantong habis. Hasil yang diperoleh kemudian dicatat, hal ini menggambarkan pasangan genotip yang terbentuk akibat persilangan monohibrid (segregasi bebas).
Pada percobaan yang telah dilakukan, berdasarkan data analisis kelompok dapat dilihat dari 100 sampel, terdapat 27 pasang kancing yang mewakili sifat homozigot dominan. Namun jika sesuai dengan hukum mendel 1, yaitu yang mengatakan bahwa ketika F1 dari persilangan monohibrid dikawinkan, diperoleh perbandingn genotip 1:2:1, seharusnya jumlah pasangan kancing homozigot dominan adalah 25. Hal ini mungkin disebabkan oleh kurang homogennya pengocokkan kancing dalam kantong dan waktu pengeluaran kancing dari dalam kantong yang tidak bersamaan. Tapi selisih antara angka 26 dengan angka 25 tidak terlalu jauh, sehingga bisa dianggap angka 26 ini mendekati angka 25 (sesuai Hukum Mendel I).
Demikian halnya data untuk pasangan kancing yang mewakili sifat heterozigot diperleh sebanyak 47 pasang, tapi berdasarkan perbandingan mendel seharusnya dari 100 sampel diperoleh sebanyak 50 pasang kancing yang mewakili sifat heterozigot. Hal ini tidak masalah, karena selisih antara 47 dan 50 tidak terlalu jauh. Sama halnya dengan sifat homozigot dominan, kekurang tepatan ini kemungkinan disebabkan oleh pengocokkan yang kurang homogen pula.
Untuk data pasangan kancing yang mewakili sifat homozigot resesif diperoleh sebanyak 26 pasang. Padahal jika dilihat dengan Hukum Mendel I, dari 100 sampel seharusnya ada 25 pasang kancing homozigot resesif untuk mmperoleh 1:2:1. Namun meskipun angka yang diperoleh tidak sama persis dengan teori, setidaknya angka ini mendekati.
Dari semua data yang diperoleh, jika dibuat perbandingan genotip homozigot dominan (TT) : heterozigot (Tt) : homozigot resesif (tt) = 27 : 47 : 26. Setelah disederhanakan diperoleh perbandingan 1 : 1,85 : 1. Kemudian untuk perbandingan fenotip yaitu tanaman mangga berpohon tinggi : tanaman mangga berpohon rendah = 74 : 26, jika disederhanakan diperoleh 2,85 : 1. Perbandingan ini mendekati Hukum Mendel I atau hukum segregasi dimana pada persilangan antar keturunan F1 tampak bahwa perbandingan hasil perkawinan antar faktor dominan dan resesif pada genotipnya adalah 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotipnya adalah 3 : 1.
     I.   Kesimpulan
Prinsip segregasi secara bebas memang benar adanya dengan dilakukannya percobaan pemisahan 25 pasang kancing dengan jumlah yang sama besar dan disilangkan kembali secara acak yang kemudian menghasilkan keturunan F1 dan F2 dengan adanya perbandingan tertentu yang cenderung stabil. Terbukti bahwa pernadingan Mendel pada F2 persilangan monohibrida, yaitu perbandingan genotip 1 : 2 : 1 dan perbandingan fenotip 3 : 1 atau hampir mendekati yang dibuktikan dengan uji Chi-Square dan hasilnnya Ho dierima. Perbandingan antara teoritis Hukum Mendel I dan hasil percobaan yang dilakukan sesuai, yaitu data yang diperoleh menyatakan bahwa Ho diterima dan membuktikan bahwa percoban yang dilakukan berhasil.
J
     Daftar Pustaka
http://www.ut.ac.id/html/suplemen/biol4219a/hukum_mendel/hukum_mendel.htm             diakses pada tanggal 12 September 2014
Rakhma. 2010. Chi Square Test. Online: http://fkm.unair.ac.id/s2k3/files/mk/statistik/chisquare.pdf diakses pada tanggal 13 September 2014
Suryo. 1984. Genetika. Yogyakarta : Gajah Mada University Press
Syafitra. 2013. Genetika. Mataram : IKIP Mataram Press
Widianti, Tuti dan Noor Aini H. 2014. Petunjuk Praktikum Genetika. Semarang :   Jurusan Biologi FMIPA Unnes.











Tidak ada komentar:

UPR peringkat 82 PTN/PTS Terbaik di Indonesia versi Webometrics

Pada bulan Juli 2019 UPR telah menduduki Peringkat 71 kampus terbaik Se-Indonesia versi Webometrics . Namun, setelah dirilis pada awal tahun...